Minggu, 11 Januari 2015

Cinta Akan Datang

      Waktu menunjukkan pukul 18.00 wib aku sedang asyik berbaring di kamar sambil membaca majalah, tiba-tiba handphonku berbunyi sms masuk. Aku membukanya ternyata nomor baru. “hai….” Aku membalas “ iya..ini siapa? “
 “ini aku anak yg paling kece di kompleks kita ini hahaha.”
 “ anak paling kece? di kompleks kita? siapa sih?. Aku penasaran, ternyata anak satu kompleks toh. “iya, ini aku nano din yang paling kece hehe”. Dalam hati gue “pede amat loh, eh…nano? Yang sok kece,sok cakep,nyebelin itu padahal mukanya biasa aja tuh..ah bodo amat deh”. Nano yang pernah ngungkapin perasaannya sama aku 2 tahun lalu itu pas masi zaman SMA. Aku Cuma menjawab “ouh..”
 “iya, kamu lagi apa din?”. Dia melanjutkan sms-nya “gak ada, lagi duduk aja”. aku balasnya sok jutek gitu. “kamu udah makan?”
 “udah tadi”.
 “ouh…iya deh hhehehe, aku gak akan lupain”
 “lupain apa?”. Aku bingung sama sms dia yang ini.
 “lupain senyum kamu”
 “emang senyum aku kenapa?”
 “senyumnya manis, aku suka sama senyum kamu”
 “ouh,,,jadi kalo aku gak senyum jelek gitu?, heran kenapa orang banyak suka pas aku senyum ”. Padahal dalam hati aku senyum-senyum sendiri.
 “enggak kok din, tapi aku suka senyum kamu ”
 “ouh…oke makasih”. Sms-an pun berlanjut sampai sudah 1 minggu.
      Semenjak saat itu Nano mulai menunjukkan perhatian, kami mulai bercerita banyak tentang hidup kami,namun aku sudah merasa aneh ketika Nano mulai mengucapkan kata “kangen Dinda”, mulai ngajak makan,ngajak jalan tapi aku selalu menolak dan tak menanggapi. Hingga satu waktu Nano mulai mengungkapkan perasaannya lewat sms “Din…kamu gak mau ngasih kepercayaan sama aku buat ngejaga hati kamu”. Aku hanya bisa menjawab” maaf, mungkin jadi teman lebih baik,lagian aku gak mau pacaran dulu”.Mungkin karena aku juga tak memiliki perasaan apa-apa sama Nano. “ouh…yaudah din kalo menurut kamu itu yang lebih baik ya bagusnya gitu ”. Nano yang selama beberapa hari ini berusaha mengungkapkan perasaannya kepadaku lewat sms atau telpon, namun aku selalu menolak karena aku tak memiliki rasa apa-apa. Kami sudah mulai sering telpon-telponan,kami sering bercerita tentang kehidupan kami,kisah cintanya dulu yang di pernah di sakiti,kisah cintaku dulu yang hampir sama,kami saling bertukar pikiran dan pembicaraan deh pokoknya. Waktu menunjukkan pukul 19.30 ketika aku sedang duduk di ruang tamu sambil memegang ponselku, tiba-tiba ponselku berdering lagi dan seperti biasa Nano yang nelpon. Aku mengangkat telpon Nano “hallo…”
 “hallo dinda…lagi apa?”
 “gak ada lagi duduk aja ni di ruang tamu”.
 “ouh…duduk di depan rumah dong din…”
 “ngapain…emang ada apaan sih”.
 “gak ada din kamu keluar aja”
 “okelah…” aku berjalan keluar dan mulai duduk di kursi depan rumah..
 “nah din kamu udah diluar ya, coba liat ke rumah Radit.” Nano melambaikan tangannya dari rumah radit yang tak jauh dari rumahku,hanya berjarak 2 rumah saja. Memang Nano dan teman-temannya sering bermain di rumah Radit. Di situ kami mulai telpon-telponan lagi,saling lihat-melihat, aku dari rumahku dan Nano dari rumah Radit, hahaha.. lucu ya. Dan di telpon itu Nano mulai berusaha mengungkapkan perasaannya lagi, namun aku menolaknya lagi dengan halus.
 Nano bilang” din…kamu gak mau ketemu aku langsung?”.
 “nggak ah…buat apa, ini kan dah ketemu kita walaupun jarak 2 rumah ya kan”. Aku melihat wajah Nano.
 “Dinda…”. Suara Nano mulai menghalus.” Kamu tahu nggak, aku sayang sama kamu, udah lama aku berharap banget sama kamu, udah lama aku nunggu saat-saat kayak gini kita bisa sama-sama. Kamu baik,kamu manis,dan aku suka senyum kamu. Aku pengen kamu nemanin hari-hari aku. Mungkin aku bukan laki-laki yang baik,tapi, aku bakalan berusaha jadi yang terbaik buat kamu, izinin aku buat ngejagain hati kamu din”.
 Aku tak tahu,setelah Nano mengatakan itu aku terhanyut, air mata sedikit jatuh di pipiku. Aku tak berani melihat wajah Nano yang agak tersamarkan cahaya lampu rumah Radit. Aku jadi ragu untuk menolak Nano, aku mulai berfikir apa salahnya aku nerima Nano, toh udah 3 tahun juga aku sendiri setelah di putusin oleh cinta pertamaku. Aku mulai menjawab sambil melihat kea rah Nano. “Nan…kamu tahu kan aku udah lama nutup hati buat cowok. Karena apa? Aku takut buat disakitin lagi,aku takut buat nangis lagi,orang yang aku sayang udah ninggalin aku,aku takut kalau kejadian itu keulang lagi, aku takut buat buka hati lagi. Aku juga belum ada rasa sama kamu,belum ada perasaan apa-apa no...”
 Nano memotong pembicaraan, dan aku melihatnya tersenyum.” Din…aku janji dan akan aku buktiin kalo aku gak bakalan nyakitin kamu,aku bakalan buat kamu tersenyum terus,buat kamu bahagia karena aku sayang kamu, aku bakalan berusaha buat kamu bisa cinta dan sayang sama aku”.
 Tanpa pikir panjang dan takut air mata aku benar-benar jatuh karena dari tadi aku capek nahannya, kata-kata Nano udah benar-benar buat aku terhipnotis gitu, aku langsung jawab “iya…aku mau no.. jadi pacar kamu”.
 “yes…yes...makasih banyak Dinda sayang aku seneng banget…”. Aku melihat wajah Nano kegirangan banget gitu sambil ngelihat aku. “yaudah din, kamu masuk gih dah malam dingin juga di luar. Nanti aku telpon lagi ya, aku mau nyamperin anak-anak dulu di dalam”. Nano sambil tersenyum melihatku. “sekali lagi makasih ya Dinda sayang”,
 “ iya…sama-sama”. Aku tersenyum melihat Nano lalu telponpun aku matikan dan aku masuk ke dalam rumah sambil melambaikan tangan ke arah Nano dan Nano membalas lambaian tanganku. Setelah itu aku langsung masuk kamar dengan wajah yang bingung gitu. “kok bisa ya aku nerima Nano anak yang nyebelin itu. Padahal cara nembak dia tadi itu kan pintar-pintarnya cowok gombalin cewek, terus …kenapa aku sampai nangis terharu gitu. Tapi, ah…bodo amat Cuma pacaran doang kok gak ada salahnya kan.” Sambil memeluk boneka kesayanganku.
      Setelah 2 minggu pacaran untuk pertama kalinya aku jalan sama Nano hanya di sebuah taman pada malam itu,namun menyenangkan. Ketika mau pulang aku kaget tiba-tiba Nano mencium tanganku dan memelukku erat sekali hingga aku bisa merasakan detak jantungnya. Jujur, aku belum pernah di peluk cowok sebelumnya, dia yang pertama meluk aku. Aku nyaman, seakan tak ingin lepas dari pelukan itu. Nano menatap wajahku “ din…aku sayang kamu dan aku juga cinta kamu, jangan tinggalin aku ya, Makasih buat malam ini”.
 Aku hanya tersenyum melihat Nano, aku tak tahu harus berbicara apa. Aku hanya berkata dalam hati. “mungkin, kamu dikirim tuhan untuk melengkapiku, untuk jaga hatiku, walaupun aku tak tahu perasaan kamu sebenarnya, walaupun aku tak tahu apa yang akan terjadi kedepannya, namun, aku berharap kamu hasrat terindah itu,dan bisa jaga tulus cintamu buat aku. Mungkin, saat ini rasa ku belum ada untukmu. Tapi nanti, aku yakin rasa itu akan ada,cinta itu akan datang. Sebab, cinta datang karena terbiasa, aku yakin itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar